Minggu, 10 April 2011

PERANAN KOPERASI DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkah, anugrah dan karunia yang melimpah, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, saya membahas tentang peranan koperasi dalam pembangunan social dan ekonomi. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun artikel yang telah membantu saya dengan tulisannya.
Saya sebagai penyusun makalah ini, dengan kerendahan hati mohon dibukakan pintu maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekhilafan yang disengaja maupun tidak sengaja.

Bekasi, Maret 2011

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan ekonomi pun semakin berkembang. Seperti contohnya adanya peranan ekonomi dalam pembangunan ekonomi khususnya di Negara yang sedang berkembang. Namun disamping itu juga terdapat dampak makro dan mikro dalam proses perkembangan koperasi. Oleh karena itu dalam makalah ini, saya akan membahas tentang peranan koperasi dalam penbangunan ekonomi khususnya di Negara yang sedang berkembang yaitu Indonesia.



LANDASAN TEORI
 Koperasi merupakan salah satu bentuk kegiatan (organisasi) usaha bersama dalam pembangunan social dan ekonomi.
 Dampak makro dan micro dari organisasi koperasi.
 Aspek-aspek pokok koperasi.


PERANAN KOPERASI DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
I. PERANAN KOPERASI DI NEGARA YANG SEDANG BERKEMBANG
Pembentukan organisasi koperasi yang mandiri dan otonom telah diterima dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Organisasi koperasi relatif terbuka dan demokrasi, mempunyai perusahaanyang dimiliki bersama dan dapat mewujudkan keuntungan-keuntungan yang bersifat social/ekonomis dari kerja sama bagi kemanfaatan para anggotanya.
2. Melalui pembentukan perusahaan yang dimiliki secara bersama, para anggota memperoleh peningkatan pelayanan dengan pengadaan secara langsung barang dan jasa yang dibutuhkannya atas dasar persyaratan yang lebih baik dibandingkan dengan yang diperoleh di pasar umum atau disediakan Negara.
3. Stuktur dasar dari tipe organisasi kopersi yang bersifat social ekonomis cukup fleksibel untuk diterapkan pada berbagai kondisi social ekonomis tertentu.
4. Para anggota yang termaksud golongan penduduk yang social ekonominya “lemah”, dapat memanfaatkan sarana swadaya yang terdapat pada organisasi koperasi untuk memperbaiki situasi ekonomi/sosialnya, dan untuk mengintegrasikan dirinya dalam proses pembangunan social ekonomis.
Usul-usul mengenai peranan koperasi dalam pembangunan ekonomi social Negara-negara yang sedang berkembang, Konferensi Umum Internasional Labour Organization dan International Labour Office, melalui Rekomendasi 127 yang menyatakan dengan tegas, bahwa :
1. Pembentukan dan pertumbuhan kopersasi harus merupakan salah satu alat yang penting bagi pembangunan ekonomi, social, dan budaya, serta kemajuan manusia di Negara-negara sedang berkembang.
2. Secara khusus, kopersai harus dididrikan dan dikembangkan sebagai sarana :
a. untuk memperbaiki situasi ekonomi, social, dan budaya, dari mereka yang memiliki sumber daya dan kesempatan yang terbatas, demikian pula untuk mendorong semangat mereka untuk berprakasa.
b. untuk meningkatkan sumber daya modal pribadi dan nasional melalui usaha-usaha yang mengarah kepada pembentukan simpanan, menghilangkan riba dan pemanfaatan kredit secara sehat.
c. untuk memberikan kontribusi kepada perekonomian melalui peningkatan langkah-langkah pengawasan secara demokratis atas kegiatan-kegiatan ekonomi dan atas pembagian hasil usaha secara adil.
d. untuk meningkatkan pendapatan nasional, penerimaan ekspor dan penciptaan lapangan kerja dengan memanfaatkan sumber daya secara penuh.
e. untuk memperbaiki kondisi social, dan menunjang pelayanan social dibidang-bidang seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, dan komunikasi.
f. untuk membantu meningkatkan pengetahuan umum dan teknik dari para anggotanya.
3. Pemerintah-pemerintah, Negara-negara sedang berkembang agar merumuskan dan melaksanakan suatu kebijakan yang memungkinkan koperasi memperoleh bantuan dan dorongan yang bersifat ekonomi, keuangan, teknik, hokum atau yang lain, tanpa mempengaruhi kemandiriannya.
4. a. Dalam menerapkan kebijakan semacam itu peril dipertimbangkan kondisi-kondisi ekonomi dan social sumber daya yang tersedia dan peranan yang dapat dimainkan oleh koperasi dalam pembangunan Negara yang bersangkutan.
b. Kebijakan itu perlu diintegrasikan kedalam rencana pembangunan sepanjang hal itu sesuai dengan cirri-ciri pokok koperasi.
5. Kebijakan itu perlu selalu ditinjau dan disesuaikan dengan perubahan-perubahan kebutuhan ekonomi dan social, dan dengan kemajuan teknologi.
6. Gerakan koperasi perlu dilibatkan dalam perumusan dan jika mungkin dalam pelaksanaan pembangunan social/ekonomi.
a. Pemerintah yang bersangkutan sebaiknya melibatkan kopersi atas dasar yang sama seperti organisasi-organisasi yang lain dalam perumusan rencana ekonomi nasional dan tindakan-tindakan pada umumnya.
b. Seperti yang ditetapkan dalam pasal 7 dan pasal 9, ayat ( 1 ) yang merekomendasikan bahwa kopersi perlu memiliki kewenangan untuk mewakili kepentingan koperasi anggotanya baik ditingkat local, regional maupun ditingkat nasional.

II. DAMPAK KOPERASI TERHADAP PROSES PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI
A. Dampak Mikro dari suatu Koperasi
1. Dampak mikro yang bersifat langsung terhadap para anggota dan perekonomiannya, yang timbul dari peningkatan jasa pelayanan perusahaan koperasi dan dari kegiatan-kegiatan kelompok koperasi. Jika pelayanan tersebut diterima oleh anggota dapat :
a. Menerapkan metode-metode produksi yang inovatif, yang memungkinkan peningkatan produktivitas dan hasil produksi keseluruhannya dalam jumlah yang besar.
b. melakukan diversivikasi atau spesialisasi dalam proses produksinya.
2. Dampak mikro yang bersifat tidak langsung terhadap lingkungann organisasi kopersi dapat secara serentak memberikan kontribusi pada perkembangan social dan ekonomi. Dampak-dampak persaingan dari koperasi; pembentukan suatu perusahaan koperasi dalam situasi pasar yang ditandai oleh persaingan, akan memaksa para pesaing lainnya untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan mereka.

B. Dampak Makro dari Organisi Koperasi
Ada 4 kontribusi-kontribusi dalam beberapa bidang :
1. Politik
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan “politik”, sejumlah harapan dari dampak belajar para anggota koperasi, yang berpartisipasi secara aktif dalam lembaga-lembaga kopersi yang diorganisasi secara demokratis.
2. Sosial
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan “social budaya”. Wadah ini sebagai perkumpulan yang bersifat sukarela dalam proses pembangunan dari bawah diharapkan akan bertitik tolak dari struktur social yang ada, dan akan merangsang inovasi-inovasi tertentu yang dapat mengubah masyarakat tradisional tanpa merusaknya.
3. Ekonomi Sosial
Jika koperasi berhasil meningkatkan pelayanannya secara efisiensi bagi para anggotanya yang secara social ekonomis “lemah” dan “miskin”, maka ia telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap proses integrasi ekonomi dan social.
4. Ekonomi
Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan ekonomi :
a. perubahan secara bertahap perilaku para petani dan pengusaha kecil dan menengah yang semula berpikir tradisional menjadi termotivasi dan akan memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan sumber dayanya sendiri.
b. diversivikasi struktur produksi, perluasan usaha pengadaan bahan makanan dari bahan mentah.
c. peningkatan pendapatan dan perbaikan situasi ekonomi para petani, pengrajin, dan pekerja lepas dapat mengurangi kemiskinan di pedesaan.
d. peningkatan kegiatan pembentukan modal dan perbaikan “modal manusia” melalui pendidikan latihan manajer, karyawan, dan anggota.
e. transformasi secara bertahap para petani yang orintasinya pada pemenuhan kebutuhan dasar ke dalam suatu system ekonomi yang semakin berkembang, melalui pembagian kerja dan spesialisasi yang semakin meningkat.
f. pengembangan pasar, perbaikan stuktur pasar, perilaku pasar dan prestasi pasar, dan persaingan semakin efektif akan memperbaiki koordinasi yang saling membantu dari berbagai rencana ekonomi konsumen dan produsen berbagai barang dan jasa.

III. ASPEK-ASPEK POKOK KOPERASI DAN SISTEM EKONOMI
Ada 3 sistem ekonomi yang berbeda berdasarkan kesamaan-kesamaan hakiki yang terdapat dalam struktur pembuatan keputusan, struktur infomasi dan motivasi pada perekonomian Negara-negara industri.
a. sistem perekonomian swasta atau kapitalis, misalnya Amerika Serikat, Republik Federasi Jerman, dan Negara-negara industri Barat lainnya termasuk Jepang.
b. Sistem perekonomian sosialis yang direncanakan dari pusat, misalnya Republik Demokrasi Jerman dan Uni Soviet.
c. Sistem perekonomian pasar sosialis dengan pemilikan masyarakat (Yugoslavia) atau denagn pemiliakn Negara (Hongaria) yang telah dikembangkan berdasarkan pengalaman-pengalaman negatif yang diperoleh dari penerapan bentuk perencanaan administratif dari pusat atau berbagai kegiatan ekonomi dan atas berbagai proses pembangunan.

IV. KOPERASI SEBAGAI SARANA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Jika dilihat dari segi pandangan pemerintah yang mendukung pengembangan koperasi hal tersebut tidak dianggap sebagai sasaran akhir dalam pengka melaksanakan kebijakan pembangunan nasional. Ada 3 perbedaan penting mengenai koperasi sebagai sarana pemerintah, sebagai sarana swadaya yang otonom dari para anggota dan koperasi yang diawasi Negara:
1. Koperasi sebagai sarana atau alat pemerintah, di mana pemerintah mempengaruhi atau mengawasi organisasi ini secara langsung dan secara administrasi untuk melaksanakan tigas-tugas khusus dan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka menerapkan kebijakan dan program pembangunan.
2. Koperasi dipertimbangkan pemerintah sebagai alat swadaya para anggotanya, dan mencoba mempengaruhi secara tidak langsung agar menunjang kepentingan para anggotanya dan untuk merangsang timbulnya dampak-dampak yang berkaitan dengan pembangunan
3. Koperasi diawasi Negara, di mana pengaruh administrasi pemerintah secara langsung terhadap penetapan tujuan dan pengambilan keputusan usaha pada organisasi-organisasi koperasi sering diterapkan.

V. KONSEPSI PENGEMBANGAN KOPERASI
Suatu konsepsi pemerintah yang konsisten dan bersifat umum mengenai usaha yang mendorong secara tidak langsung pertumbuhan secara bertahap dan pengembangan sendiri dari organisasi-organisasi koperasi trediri atas:
a. penggabungan-penggabungan secara sistematis dari berbagai kebijakan untuk menciptakan kondisi-kondisi pokok, yang disesuaikan dengan situasi social ekonomi dan budaya Negara-negara yang bersangkutan.
b. menunjang pertumbuhan secara bertahap organisasi swadaya koperasi dan gerakan koperasi.
Kebijakan-kebijakan pokok pemerintah yang bersifat instrumental bagi terciptanya berbagai kondisi pokok yang sesuai bagi pertumbuhan bertahap organisasi-organisasi swadaya koperasi secara singkat diuraikan sbb :
1. peraturan-peraturan resmi dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang memadai bagi perintisan dan pengembangan sendiri organisasi swadaya koperasi dan gerakan koperasi.
2. fasilitas-fasilitas berupa informasi, pendidikan dan latihan bagi calon anggota, pengurus, manajemen organisasi-organisasi swadaya koperasi, juga untuk orang-orang yang bertindak sebagai promoter-promotor usaha swadaya, yang dipekerjakan pada berbagai lembaga pengembangan usaha swadaya.
3. fasilitas menyangkut pelayanan auditing dan konsultasi maupun bantuan manajemen
4. perlakuan yang sama atau yang bersifat preferensi
5. keringanan pembebasan pajak
6. bantuan-bantuan keuangan dalam bentuk kredit, subsidi, dan donasi untuk kasus-kasus tertentu
7. peraturan-peraturan antitrust
8. struktur-stuktur lembaga-lembaga pengembangan swadaya.
Pertikaian Konsepsi
Mereka yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan di Negara yang sedang berkembang menghadapi tugas yang sulit untuk menciptakan keserasian antara dua tujuan yang satu sama lain bertentangan :
• Di satu pihak, proyek-proyek pembangunan harus dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang cepat.
• Di lain pihak, proyek-proyek tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pola pengembangan suatu struktur social yang lebih baik

VI. SEBAB-SEBAB KEGAGALAN ORGANISASI KOPERASI
Kebijaksanaan pada dasarnya beranggapan bahwa, jika persyaratan –persyaratan minimum itu tidak dapat dipenuhi, maka kekurangan itu selama jangka waktu tertentu dapat diganti dengan bantuan-bantuan pemerintah,sbb :
• Prakarsa untuk membentuk koperasi diganti dengan aktivitas-aktivitas dri pegawai dinas pengembangan koperasi
o Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap modal koperasi diganti dengan donasi-donasi pemerintah atau pinjaman-pinjaman lunak.
o Keterampilan manajemen untuk untuk menjalankan perusahaan koperasi diganti oleh pegawai-pegawai pemerintah.
o Efisiensi ekonomis perusahaan koperasi dalam hubungan dengan dan untuk kepentingan anggota diciptakan secara semu melalui pemberian hak-hak istimewa, seperti pengecualian pajak, monopoli untuk mengusahakan produk-produk tertentu, audit tanpa pembayaran imbalan jasa dan sebagainya
o Setelah jangka waktu tretentu diharapkan, bahwa koperasi-koperasi yang didukung dengan bantuan pemerintah itu dapat merubah dirinya sendiri melalui suatu proses yang berlangsung secara otomatis menjadi organisasi-organisasi yang benar-benar dapat berdiri sendiri.
Secara sistematis persyratan-persyaratan yang diperlukan bagi pertumbuhan koperasi, yaitu
• Hanya menunjang kegiatan-kegiatan koperasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan-kepentingan para anggota
• Mendorong para anggota untuk berperan serta dalam pemilihan pengurus, pengawas dan dalam pengambiln putusan
• Membiarkan suatu tingkat otonomi tertentu kepada koperasi-koperasi itu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga kegiatan-kegiatan ekonominya selalu dapat disesuaikan dengankepentingan-kepentingan ekonomi para anggotanya.
“Koperasi-koperasi kesejahteraan” yang dapat menimbulkan masalah :
• Menimbulkan beban yang berat bagi pemerintah
• Tidak dikelola sebagaimana layaknya suatu organisasi ekonomi, tetapi lebih menyerupai suatu lembaga administrasi
• Menampung semua orang yang membutuhkan bantuan tanpa memperhatikan keinginan dan kemampuan mereka untuk bekerja sama demi suatu tujuan yang sama
• Tidak merubah dirinya menjadi organisasi-organisasi swadaya sebagaimana diharapkan

VII. SARANA DAN CARA MENGGUNAKAN BANTUAN PEMERINTAH SECARA EFEKTIF
Secara umum, dapat dikatakan bahwa dana-dana atau bantuan keuangan pemerintah dapat diberikan secara efektif, apabila seluruh bantuan dititikberatkan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan menciptakan persyaratan-persyaratan bagi pertumbuhan ekonomi.
1. A. Pengurangan Pengaruh Pemerintah Terhadap Koperasi yang Disponsori Pemerintah
Berbagai kebijakan dan program yang diarahkan bagi perintisan dan dukungan koperasi harus dirancang sesuai dengan suatu konsepsi yang konsisten secara teoritis dan memenuhi syarat kelayakan dalam praktek. Dengan demikian, sekurang-kurangnya akan terdiri atas tiga tahap de-ofisialisasi (pengurangan pengaruh pemerintah), yaitu sbb:
Tahap I
Mendukung perintisan organisasi koperasi. Prioritas dalam tahap ini unntuk merintis berdirinya koperasi dan perusahaan koperasi yang menurut ukuran, struktur dan kemampuan manajemennya cukup mampu untuk memajukan para anggotanya secara efisien fengan menawarkan barang/jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kepentingan dan tujuannya. Diharapkan bahwa hal ini dapat ditingkatkan dalam jangka panjang oleh organisasi koperasi yang otonom.
Tahap II
Melepaskan koperasi dari ketergantungannya pada sponsor dan pengawasan teknis, manajerial dan keuangan secara langsung dari organisasi-organisasi pemerintah dan dikendalikan oleh Negara. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung perkembangan sendiri koperasi kea rah tahap kemandirian dan otonomi , artinya bantuan langsung, bimbingan dan pengawasan atau pengendalian harus dikurangi.
Tahap III
Perkembangan koperasi selanjutnya sebagai organisasi mandiri yang otonom. Setelah tahap-tahap swadaya dan otonom berhasil, koperasi-koperasi yang semula disponsori Negara dapat meneruskan perkembangannya sebagai organisasi koperasi sekunder dan tertier. Perkembangan selanjutnya dapat ditingkatkan secara tidak langsung melalui kondisi pokok yang sebenarnya diciptakan melalui penggabungan yang tepat berbagia instrument kebijakan yang berorientasi pada organisasi koperasi.

1. B. Pemusatan Perhatian pada Pengembangan Prakoperasi
Persysaratan-persyaratan bagi terbantuknya dan pertumbuhan koperasi, yaitu sbb:
1. Terdapat sejumlah (calon) anggota yang cukup dan tidak puas dengan keadaan ekonomi dan sosial yang ada dan bertujuan secara aktif memperbaikinya.
2. Mereka memiliki gagasan-gagasan konkrit mengenai organisasi koperasi sebagai suatu sarana yang sesuai untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama.
3. Terdapat keuntungan-keuntungan dari kerja sama yang potensial, yang dapat diwujudkan bagi kemanfaatan mereka.
4. Mereka menganggap pembentukan koperasi adalah alternative terbaik untuk mencapai tujuan-tujuannya.
5. Mereka bersedia untuk bekerja sama dan membentuk satu kelompok koperasi.
6. Mereka cukup termotivasi dan mampu untuk berpartisipasi dalam pembentukan suatu perusahaann koperasi dan untuk terlabih dahulu memberikan kontribusinya yang bersifat pribadi dan keuangan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut.
7. Tidak ada kaidah tradisional maupun ketentuan dan peraturan hokum yang menghalangi suatu organisasi swadaya koperasi yang baru, yang dapat dikatakan sebagai suatu inovasi terhadap lingkungan setempat.


KESIMPULAN

Usaha-usaha secara langsung untuk membantu pengambangan koperasi dari bawah harus dilakukan dengan menyediakan landasan perundang-undangan dan mekanisme administrasi yang sesuai dengan usaha untuk menunjang perkembangan prakoperasi.
Sesuai dengan kebijakan ini sebaliknya pemerintah memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha yang membantu mempersiapkan landasan bagi pengembangan koperasi dan menciptakan suatu iklim di mana koperasi dapat tumbuh atas kekueatannya sendiri.
Sumber : https://matakuliahekonomi.wordpress.com/tag/peranan-koperasi-di-negara-yang-sedang-berkembang

Senin, 28 Februari 2011

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Perjalanan perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan masa reformasi.
• SEBELUM KEMERDEKAAN
Belanda yang berkuasa selama 350 tahun, sudah menerapakan berbagai system yang masih tersisa hingga kini.
 Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC, sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris). Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrool, yang antara lain meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC. Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permitaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negeri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan.

 Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (system tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. System ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan system konsinyasi (monopoli ekspor).

• ORDE LAMA
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :
 Inflasi sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
 Adanya blockade ekonomioleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
 Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

 Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya system ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
- Gunting syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
- Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
- Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
- Sistem ekonomi Ali-Baba (cabinet Ali Sastroaminoto 1) yang diprakasai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan pengusaha Pribumi.
- Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaanya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

 Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada system etatisme (segalanya diatur oleh pemerintah). Dengan system ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam social, politik, dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
- Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut : Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp50, uang kertas pecahan Rp1000 menjadi Rp100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
- Pembentukkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
- Devaluasi yang dilakukan pada 13 desembar 1965 menjadikan uang senilai Rp1000 menjadi Rp1. Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya.

• ORDE BARU
Pada awal orde baru, stabilitasi ekonomi dan stabilitasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi. penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam system ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan system etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah system ekonomi campuran dalam kerangka system ekonomi pancasila.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercemin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang secara periodic lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun). Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indicator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme.

• ORDE REFORMASI
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan maneuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati Soekarnoputri.
 Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
 Meminta penundaan pembayaran utang luar sebesar US$ 5,8 miyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp116.3 triliun.
 Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan Negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesiamenjadi 4,1%.

 Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan controversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan controversial pertama itu menimbulkan kebijakan controversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 juta jiwa menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya relisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negeri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

Minggu, 28 November 2010

PERSONALIA

PEMANFAATAN SUMBER TENAGA KERJA DAN KOMPENSASI

 Pendahuluan
Organisasi merupakan wahana untuk mencapai tujuan. Agar supaya pencapaian tujuan ini dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan fungsi-fungsi. Pengertian fungsi adalah, tugas-tugas yang dapat dengan segera dibedakan dengan tugas-tugas yang lain.
Sebagai pelaksana fungsi-fungsi tersebut, diperlukan personalia-personalia, yang diberi wewenang, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban.
 Macam/Jenis Personalia
Sesuai dengan fungsinya, pada dasarnya, di dalam perusahaan terdapat dua macam tenaga kerja, yakni :
 Tenaga Eksekutif : yang mempunyai dua tugas pokok ialah mengambil berbagai keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen : merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinir dan mengawasi.
 Tenaga Operatif : merupakan tenaga terampil, yang menguasai bidang pekerjaannya, sehingga setiap tugas tang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik.

 Sumber Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diinginkan oleh perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber berikut :
1. Dari dalam Perusahaan. Berasal dari promosi (kenaikan pangkat) atau transfer (pemindahan dari bagian lain) di dalam perusahaan.
2. Teman-teman Para Karyawan. Cara ini digunakan, dengan anggapan bahwa, karyawan tersebut sudah mengetahui kualifikasinya, dengan demikian maka diharapkan calon pasti akan sesuai.
3. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja. Hanya terdapat satu lembaga yang diatur dan ditangani oleh pemerintah, yaitu Kantor Penempatan Tenaga Kerja (KPT), yang bertugas menyalurkan tenaga-tenaga kerja yang belum sempat memperoleh pekerjaan.
4. Lembaga Pendidikan. Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan bea-siswa dan meminta langsung kepada lembaga pendidikan tersebut.
5. Masyarakat Umum. Dilaksanakan dengan cara memasang iklan, sehingga mengundang para pelamar untuk mengajukan lamaran.

 Seleksi Tenaga Kerja
Proses seleksi ini merupakan usaha untuk memilih diantara sekian banyak calon, personalia yang benar-benar memenuhi syarat. Sebelum proses seleksi dilakukan ada dua masalah penting yang harus diatasi lebih dulu, yaitu :
 Penentuan Jenis (Kualitas) Tenaga Kerja
Yang meliputi penentuan prasyarat yang harus dipenuhi antara lain :
a. Batas minimum-maksimum usia.
b. Pendidikan minimal yang dimiliki.
c. Pengalaman kerja yang telah diperoleh.
d. Bidang keahlian yang dimiliki.
e. Ketrampilan lain yang dimiliki.
f. Pengetahuan-pengetahuan lainnya.
g. Dan sebagainya.

 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja
Penentuan jumlah tenaga kerja ini, meliputi dua hal pokok yakni :
a. Analisa beban kerja yang meliputi : peramalan penjualan (sales forecast), penyusunan jadwal waktu kerja dan penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk membuat satu unit barang.
b. Ananlisa tenaga kerja untuk menghitung jumlah tenaga kerja yang sesungguhnya dapat tersedia pada satu periode tertentu. Hal ini dibuat, mengingat tidak semua tenaga kerja yang tersedia dapat sepenuhnya bekerja, sesuai dengan tata waktu yang telah ditetapkan, karena berbagai alasan, seperti : tidak masuk kerja, pelepasan, pension dan sebagainya.

 Proses Seleksi
Setelah penentuan jumlah dan prasyarat yang harus dipenuhi dilaksanakan, maka langkah berikutnya adalah mengadakan seleksi yang pada umumnya meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a) Pengisian formulir atau penyortiran lamaran-lamaran yang masuk.
b) Wawancara pendahuluan.
c) Psycho-test meliputi 5 hal yaitu : aptitude test (menguji sikap seseorang), achievement test (menguji bakat seseoarang), interest test (menguji minat seseorang), personality test (menguji kepribadian seseorang), IQ test (Intelegensia quotient) menguji kecakapan seseorang.
d) Wawancara lanjutan.
e) Pengujian referensi.
f) Pengujian kesehatan.
g) Masa orientasi.

 Pengembangan Karyawan
Para karyawan baru maupun yang sudah bekerja, masih perlu pula dikembangkan lebih lanjut, dengan harapan agar :
 Tingkat produktifitas bertambah
 Mengurangi tingkat kecelakaan
 Mengurangi besarnya scrap (kerusakan hasil)
 Meningkatkan gairah kerja.

 Kompensasi
Kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan secara teratur dan dalam jumlah tertentu oleh perusahaan kepada para karyawan atas kontribusi tenaganya yang telah diberikannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kompensasi ini dapat berupa upah dan gaji. Gaji biasanya diberikan setiap bulan (bulanan), dalam jumlah pasti, sedangkan upah dapat bulanan atau kurang dari itu dan sangat dipengaruhi oleh volume output yang dihasilkan oleh setiap individu.
Dalam masalah pengupahan ini, terdapat 3 macam teori upah ekonomi yakni :
 Teori pasar
Konsep ini menganggap bahwa buruh upah ditentukan oleh hasil proses perundingan antara karyawan sebagai penjual tenaga dengan manajemen sebagai pembelinya.
 Teori standard hidup
Teori ini menyatakan bahwa upah harus dapat memberikan jaminan kepada buruh untuk menikmati hidup dengan layak, dan pengusaha harus memberikan upah cukup tinggi, memberikan servis lain seperti jaminan hari tua, pendidikan, tabungan dan hiburan.
 Teori kemampuan untuk membayar
Teori ini mempunyai anggapan bahwa tingkat pembayaran harus didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk membayar.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Besar kecilnya upah bagi buruh, dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
1. Pasar tenaga kerja
2. Tingkat upah yang berlaku di daerah yang bersangkutan
3. Tingkat keahlian yang diperlukan
4. Situasi laba perusahaan
5. Peraturan Pemerintah.

 Metode Pengupahan
Berikut ini adalah metode-metode yang bisa dilakukan oleh perusahaan.
1. Upah langsung (straight salary)
2. Gaji (wage)
3. Upah satuan (piece work)
4. Komisi
5. Premi shift kerja (shift premium)
6. Tunjangan tambahan (fringe benefit)

 Upah Insentif
Karakteristik pokok dari upah insentif yang baik adalah :
i. Harus menunjukkan penghargaan kepada karyawan atas produktivitas mereka.
ii. Harus dapat dipakai untuk mencapai tujuan produktif per karyawan secara layak.
iii. Tambahan upah yang diperoleh karyawan harus paling sedikit diseimbangkan dengan biaya produksi terendah.


Macam-macam Bentuk Upah Insentif
 Full Participation Plan
Full Participation Plan merupakan upah insentif bagi karyawan pabrik di mana kegiatan ekstra pada tugas mereka, dapat menghasilkan produksi tambahan.
 Group Insentif Plan
Insentif ini diberikan kepada sekelompok karyawan, bilamana terbukti mereka dapat menunjukkan hasil yang menguntungkan, seperti :
o Peningkatan produktivitas
o Penurunan biaya tenaga kerja per unit
o Perbaikan kualitas produk
o Pengurangan tingkat kerusakan produk yang dihasilkan.

Senin, 22 November 2010

TUGAS OBSERVASI PERUSAHAAN

TUGAS OBSERVASI PT. BANGKIT MAJU WIJAYA
Mata Kuliah : Pengantar Bisnis








Di susun oleh :
Fani Usnaeni (22210597)
Sischa Amaliya (26210569)
Jessica Maya (29210648)
Ungguh Prasetiadi (28210329)
R. Hudy Adinurwijaya (25210547)

Kelas : IEB19

UNIVERSITAS GUNADARMA
Thn. 2010-2011
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Observasi ke Perusahaan Pembuatan Cat” dan makalah ini berudul “Langkah-langkah Cara Pembuatan Cat”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinnga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan kami tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada PT.Bangkit Maju Wijaya yang telah memperbolehkan untuk melakukan observasi di PT tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Kami juga menerima kritik serta saran untuk memperbaiki makalah ini.



Penyusun.







DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Profil Perusahaan 1
BAB II PERMASALAHAN ..................................................................................... 2
B. Proses Produksi 2
a. Bahan-bahan Pembuatan Cat 2
b. Pengertian Bahan-bahan untuk Membuat Cat 2
c. Persiapan untuk Membuat Cat 3
d. Cara-cara Pembuatan Cat 3
e. Lampiran 4
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………. 6
1. Kesimpulan 6
2. Saran 4







BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Perusahaan
PT. Bangkit Maju Wijaya idirikan berdasarkan Akte Notaris Adam Kasdarmaji Sarjana Hukum, di Jakarta Nomor 34 tertanggal 07 Maret 1997. Modal dasar Perseroan PT. Bangkit Maju Wijaya adalah berjumlah Rp.400.000.000,00 terbagi atas 8.000 Lembar. Maksud dan tujuan perusahaan sesuai dengan anggaran dasar perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Menjalankan perdagangan umum atas segala barang yang dapat diperdagangkan, termasuk Perdagangan, termasuk Perdagangan ekspor, impor, interinsuler atau lokal, baik atas perhitungan sendiri maupun secara komisi;
2. Menjadi Leveransir, supplier, grosir, agen an/atau distributor dari segala macam barang yang dapat diperdagangkan, serta menjadi komisioner dari perusahaan-perusahaan lain, baik dari dalam maupun luar negeri;
3. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang pertanian dalam arti luas perkebunan, perikanan, pertenakan, kehutanan;
4. Mendirikan industri cat dan tiner;
5. Namun dengan seiring jalannya waktu perusahaan ini hanya memproduksi cat dan tiner dan menjadi Leveransir, supplier, grosir, agen dan/atau distributor dari cat dan tiner.
Susunan Komisaris dan Direksi perusahaan menurut anggaran dasar sesuai dengan perubahan akte notaris tanggal 12 Mei 1999 No.3 adalah sebagai berikut :
• Direktur : Tn. Rudy Julianto Kuswadi
• Komisaris Utama : Tn. Muhammad Ustur
• Komisaris : Tn. Anton Hakim


BAB II
PERMASALAHAN
B. PROSES PRODUKSI
A. Bahan – bahan pembuatan cat :
1. Resin
2. Pigmen
3. Thinner / Solent
4. Zat Aditive

B. Pengertian Bahan-bahan untuk membuat cat
Resin : yang berperan sebagai pengikat atau binder, yaitu bahan yang berfungsi untuk mengikat pigmen pada permukaan bidang. Resin ini bisa dikatakan berupa lem yang melekatkan campuran pewarna ke media yang akan di cat. Ada 2 jenis resin, yaitu resin alam yang terbuat dari getah pohon, dan resin sintetis atau buatan. Contoh resin alam yang kita kenal adalah cairan vernis yang digunakan sebagai bahan pelapis furnitur. Sedangkan yan g termasuk resin sintetis adalah alkyd dan vinyl yan sering digunakan dalam formula cat.
Pigmen : pigmen merupakan substansi padat bubuk yang berfungsi sebagai pemberi warna dan menentukan daya tutup cat. Jenis, kadar, dan komposisi pigmen dalam larutan berpengaruh terhadap kualitas cat itu sendiri. Untuk cat dengan kandungan pigmen tinggi mengasilkan cat yang bermutu tinggi, dan cat dengan kandungan pigmen yang rendah akan mengahasilkan kualitas cat yang rendah. Sumber warna pigmen yang paling digunakan adalah pigmen putih (yang termahal) yang berasal dari unsur titanium oksida (tiO2).
Thinner (solvent) : thinner atau tiner merupakan cairan yang berfungsi sebagai pelarut yang menyatukan pigmen dengan resin sehingga membentuk larutan yang sempurna. Ada 2 macam pelarut, yaitu pelarut air (waterbase) dan pelarut minyak (solven base). Contoh cat berbahan dasar air (waterbase) adalah cat tembok, cat lukis, dan beberapa catgenteng. Sedangkan cat berbahan dasar minyak (solven base) dapat diaplikasikan sebagai cat kayu, cat besi, cat mobil, dll. Pada cat yang kental menandakan persentase tiner yang tinggi pada larutan cat tersebut.
Zat Aditive : zat aditif ini bisa berupa ekstender dan atau film-formers. Ekstender merupakan pengisi ketebalan cat (filler) yang membuat cat tampak lebih tebal dan berisi. Adapun fungsi dari ekstender tersebut adalah sebagai fitur tambahan yang dapat membuat tampilan tembok menjadi lebih gilap dan daya tutup menjadi lebih baik. Pemakaian filler juga dimaksudkan untuk menekan biaya bahan produksi sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat. Yang kedua adalah film-formers, yaitu lapisan yang memberikan efek gilap pada cat (tampilan gloss).

C. Persiapan untuk pembuatan cat :
1. Siapkan bahan-bahan seperti resin, pigmen, aditive, dan solvent,
2. Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya,
3. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment,
4. Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi,
5. Lalu di masukkan ke mesin pengadukan.

D. Cara – cara pembuatan cat :
1. Masukkan semua formula ke dalam alat mixer, lalu semua formula di mixing;
2. Lalu semua formula yang telah mixing di giling (roll);
3. Setelah sudah sidikit merata kita harus melakukan chek micron atau melihat kehalusan pigment;
4. Setelah itu melihat standart kekentalan (viscosity), apabila terlalu kental masukkan solvent kedalam mesin penggiling, lalu di mix kembali.
5. Lalu dilakukan pengeringan kurang lebih 1 jam,
6. Lalu cat yang sudah jadi di semprotkan ke panel untuk pengecekan gloss, kira-kira gloss-nya 80-90%;
7. Setelah kering dilakukan pengecekan Handness dengan pensil H1 yaitu pensil mitsubisy
8. Pengecekan daya rekat, yaitu menggaris dengan karter 10 kotak
9. Lalu pengecekan terakhir adalah Water Resis Tener, yaitu mengecek apakah cat tahan akan air dalam jangka waktu yang berapa lama.
10. Setelah cat memenuhi standart kualitas penjualan lalu cat dimasukkan ke dalam gudang pabrik untuk siap di jual ke konsumen.
E. Lampiran
1. Mesin Pengaduk cat

2. Timbangan











3. Cat yang siap untuk di jual












4. Tinner yang sudah jadi, tapi belum di kemas 5. Tinner yang sudah di kemas













BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kami lakukan, kami mengambil kesimpulan bahwa bahan – bahan yang di pakai untuk membuat cat oleh PT. Bangkit Maju Wijaya hamper sama dengan bahan – bahan yang di pakai oleh perusahaan lain untuk membuat cat, yaitu bahan – bahannya terdiri dari resin, pigmen, thinner / solvent, zat additive. Dan tahapan-tahapan cara membuat cat ada 10 tahapan.


2. Saran
Ada beberapa saran yang bisa kami sampaikan terkait permasalahan yang ada di dalam PT. Bangkit Maju Wijaya. Diantaranya :
 Meminjam kredit ke Bank untuk memperbanyak modal guna memperluas usaha
 Merekrut beberapa pegawai untuk membantu pekerjaan yang selama ini sering rangkap tugas
 Mengubah system pemasaran, selain dari perusahaan ke perusahaan, perusahaan juga mencoba mengiklankan produknya
 Produk yang dihasilkan sebaiknya di daftarkan paten-nya

Minggu, 21 November 2010

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

PRODUKSI DAN PODUKTIVITAS

 Pengertian
Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen berupa barang ataupun jasa.
Istilah “produksi” ini sering dikaitkan dengan istilah “produktivitas.” Meskipun kedua istilah tersebut sangat berkaitan, tetapi akan salah jika menganggap bahwa produktivitas itu merupakan fasilitas produksi yang aktif. Dalam istilah ini, produktivitas merupakan suatu ukuran kasar menyangkut efektivitas penggunaan sumber-sumber produktif yang sangat penting.
Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energy, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
 Produksi
Kegiatan produksi akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai macam sumber menjadi barang dan jasa untuk dijual. Jadi, tanggungjawab manajer produksi adalah membuat keputusan-keputusan penting untu mengubah sumber menjadi hasil yang dapat dijual. Keputusan tersebut adalah :
• Keputusan yang berhubungan dengan desain dari system produksi manufaktur.
• Keputusan yang berhubungan dengan operasi dan pengendalian system tersebut baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek.

 System Produksi Manufaktur
Beberapa keputusan untuk jangka panjang yang menentukan disain system produksi adalah tentang :
 Disain produksi dari barang yang akan diproses.
 Pemilihan/penentuan peralatan dan prosesnya.
 Disain tugas.
 Lokasi dari fasilitas produksi.
 Layout dari fasilitas tersebut.
Keputusan-keputusan yang komplek tersebut sangat berkaitan dengan proses pengolahan yang dapat digolongkan menurut 3 macam cara : (1) sifat dari proses tersebut, (2) jangka waktu produksi, dan (3) sifat produk yang diproses.
 Sifat Proses Produksi
Proses produksi dapat dibedakan menjadi 4 macam yakni :
 Proses ekstraktif
Proses ekstraktif adalah suatu proses produksi yang mengambil bahan-bahan langsung dari alam. Sebagai contoh : proses penambangan batu bara, bijih besi, bijih emas, pengeboran minyak, dan sebagainya.
 Proses analitik
Proses analitik adalah suatu proses pemisahan dari suatu bahan menjadi beberapa macam barang yang hampir menyerupai bentuk/jenis aslinya. Termasuk dalam kategori ini adalah penyulingan minyak.
 Proses fabrikasi
Proses fabrikasi juga disebut proses pengubahan adalah suatu proses yang mengubah suatu bahan menjadi beberapa bentuk. Sebagai contoh : proses pembuatan pakaian, sepatu, jenis mebel tertentu, dan sebagainya.
 Proses sintetik
Proses sintetik menunjukkan metode pengkombinasian beberapa bahan ke dalam suatu bentuk produk. Dalam pengolahan baja, gelas/kaca, produk sangat berbeda dengan jenis aslinya karena ada perubahan fisik atau kimia. Dalam industry lain, seperti dalam produksi mobil, alat-alat listrik, atau radio dan televisi dimana bahan-bahannya dirakit tanpa merubah bentuk fisik atau susunan kimiawinya, disebut proses perakitan atau assembling.

 Jangka Waktu Produksi

Dalam hal ini proses produksi digolongkan menjadi 2 macam, yakni :

 Proses terus-menerus (continous process)
Contoh proses terus-menerus anatara lain adalah produksi mobil di mana perubahan model hanya tejadi sekali dalam satu tahun.
 Proses terputus-putus (intermittent process)
Istilah proses terputus-putus ini terdapat dalam keadaan manufaktur di mana mesin-mesin itu beroperasi dengan mengalami beberapa kali berhenti dan dirancang lagi untuk membuat produk lain yang berbeda. Sebagai contoh : alat-alat untuk pengecoran logam.

 Sifat Produk

Dalam hal ini proses produksi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

 Produksi standard
Sebagai contoh produksi standard ini antara lain : produksi televisi, almari es, sikat gigi, dan sebagainya. Penggunaan produksi standard ini memerlukan sejumlah modal yang besar untuk :
• Memelihara sejumlah persediaan
• Meyediakan fasilitas penyimpanan yang memadai
• Menanggung resiko kemungkinan turunnya harga pasar, kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
 Produksi pesanan
Sebagai contoh produksi pesanan ini adalah pembuatan pakaian dengan ukuran yang tertentu, mebel untuk keperluan khusus, dan sebagainya.

KEGIATAN PRODUKSI

 Gambaran Sekilas
Dalam hal ini, masalah-masalah yang dihadapi oleh manajer produksi adalah :
a. Perencanaan produksi
b. Organisasi produksi
c. Pengendalian produksi
d. Pemeliharaan peralatan
e. Pengawasan dan pemeriksaan kualitas.

LOKASI DAN LAYOUT PABRIK

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi Pabrik
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tempat untuk pabrik baru, yaitu :
• Dekat dengan pasar, misalnya pabrik roti basah
• Dekat dengan bahan baku, misalnya pabrik semen
• Ongkos transport, misalnya pabrik mobil
• Penyediaan tenaga kerja, misalnya pabrik rokok
• Penyediaan suber tenaga/energy, misalnya pabrik peleburan aluminium
• Lingkungan sekitar, misalnya peternakan babi
• Iklim, misalnya perkebunan teh.

Lokasi yang paling ideal bagi perusahaan adalah lokasi di mana biaya operasinya paling rendah atau serendah mungkin. Lokasi yang salah akan menyebabkan biaya operasi perusahaan tinggi. Sebagai akibatnya tidak akan mampu bersaing, yang sudah barang tentu menyebabkan kerugian.

 Cara Penentuan Lokasi Pabrik

 Cara Kualitatif
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu cukup mengadakan penilaian kualitatif terhadap factor-faktor yang dianggap memegang peranan pada setiap alternatif lokasi.
Contoh :
Sebuah perusahaan makanan ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta memilih 5 lokasi sebagai berikut :
1. Kotamadya Yogyakarta
2. Wates
3. Sleman
4. Bantul
5. Wonosari
Faktor-faktor yang dinilai meliputi :
 Bahan baku
 Tenaga kerja
 Fasilitas tenaga listrik
 Transportasi
 Pasar

 Process Layout
Process Layout atau disebut juga fungsional layout merupakan penyusunan fasilitas produksi (mesin-mesin) di mana mesin-mesin yang mempunyai fungsi sama ditempatkan pada tempat yang tertentu. Process layout ini disebut pula sebagai fungsional atau job lot. Karena layout ini dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang melayani pesanan, maka barang yang dihasilkan dapat sangat bervariasi baik dalam bentuk, jumlah, komponen maupun desainnya.
Perusahaan yang menerapkan process layout ini harus mengusahakan agar semua fasilitas yang ada digunakan semaksimal mungkin. Artinya, kapasitas setiap peralatan diusahakan dipakai penuh.

 Product Layout
Product layout merupakan pengaturan mesin-mesin dalam pabrik sesuai dengan arus proses produksinya. Product layout ini sering kali disebut juga sebagai layout garis. Layout ini paling banyak dipakai di perusahaan perakitan, misalnya perusahaan mobil dan sepeda motor, TV, radio, dan sebagainya.
Penggunaan (penerapan) product layout ini akan ekonomis apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Volume produksi cukup sesuai dengan kapasitas penggunaan mesin dan peralatan yang dipasang.
b. Permintaan akan barang yang dihasilkan cukup stabil.
c. Barang yang dihasilkan terstandardisir.
d. Komponen-komponen (suku cadang) dapat saling ditukarkan.
e. Penyediaan material yang ajeg (tetap).

Sabtu, 13 November 2010

GAMBARAN UMUM PEMBELANJAAN

GAMBARAN UMUM PEMBELANJAAN
 Arti Pembelanjaan dan Fungsi Manajer
Pembelanjaan adalah suatu usaha menyangkut bagaimana perusahaan harus mengorganisir untuk mendapatkan dana, bagaimana mendapatkan dana, bagaimana menggunakan dana, dan bagaimana laba perusahaan akan disistribusikan.

PENGGUNAAN DANA
 Gambaran Umum
Metode untuk penggunaan dana ini dibagi menjadi dua, yaitu penggunaan jangka pendek dan penggunaan jangka panjang. Penggunaan jangka pendek dapat ditunjukkan sebagai aktiva lancar. Aktiva dapat diartikan sebagai elemen kekayaan, dan jangka pendek menunjukkan bahwa elemen-elemen tersebut diharapkan dapat ditukarkan menjadi uang tunai/kas dalam jangka waktu tidak lebih dari waktu satu tahun.
Investasi yang paling besar dalam perusahaan pada umumnya berbentuk aktiva tetap yang merupakan investasi jangka panjang. Ini berarti bahwa penggunaan jangka panjang tersebut meliputi elemen-elemen yang tidak dapat ditukarkan dalam bentuk kas selama periode satu tahun, seperti tanah, pabrik, dan peralatan.

 Penggunaan Dana Jangka Pendek
1. Kas
Sejumlah dana yang ada dalam perusahaaan diwujudkan dalam bentuk kas, terutama untuk membayar gaji dan rekening-rekening lainnya. Dari sejumlah kas yang dipegang oleh manajer, tidak seluruhnya berwujud uang tunai, tetapi berwujud cek yang setiap saat dapat diuangkan di bank.
Dalam pengelolaan kas terdapat suatu prinsip umum yang harus dipegang oleh manajer. Prinsip tersebut adalah meminimumkan jumlah kas yang diperlukan untuk kegiatan perusahaan, dan memaksimumkan jumlah dana untuk investasi yang dapat menghasilkan bunga. Untuk meminimumkan kebutuhan kas perusahaan, dapa pula ditempuh dengan cara membayar rekening selambat mungkin dan mengumpulkan uang seawal mungkin. Jika perusahaan dapat membayar kewajiban setiap saat atau pada saat yang ditentukan, berarti perusahaan dalam keadaan likuid.

• Aliran kas
Pada mulanya kas itu timbul oleh adanya penjualan. Tetapi, meskipun sebagian dari penjualan itu berupa tunai, kebanyakan adalah berupa kredit sehinga menciptakan adanya piutang. Sebagian kecil dari piutang kemungkinan tidak dapat ditagih, maka bagian tersebut dimasukkan ke dalam elemen piutang ragu-ragu. Sedangkan sebagian yang lain akan menjadi kas bilamana telah dilunasi.
Sebagian dari aliran kas keluar terjadi dalam proses produksi dan terdiri atas pembayaran bahan, tenaga kerja, serta biaya tidak langsung. Hasil aktiva dari proses produksi tersebut berupa persediaan barang jadi yang jika dijual akan mengawali aliran kas lagi.
• Anggaran Kas
Tanggung jawab manajer dalam pengelolaan aliran kas perusahaan meliputi:
a) Membuat kepastian bahwa kas sellu tersedia bilamana diperlukan.
b) Memanfaatkan kas untuk memaksimumkan pendapatan bunga.
Untuk menunjang tujuan-tujuan tersebut, perlu dibuat anggaran kas yang memperlihatkan penerimaan dan pengeluarannya.

2. Surat-surat Berharga
Manajer keuangan yang sedang memelihara keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas (kemempuan untuk mendapatkan laba) mempunyai alternative untuk cenderung memegang jumlah kas yang lebih besar, ia dapat menginvestasikan kas tersebut ke dalam surat-surat berharga yang dapat menghasilkan bunga. Salah satu jenis surat berharga yang banyak beredar di Indonesia adalah sertifikat deposito (certificates of deposit).
3. Piutang
Untuk mempertahankan pembeli-pembeli yang ada dan untuk menarik pembeli baru, banyak perusahaan yang memberikan atau mengenakan pembayaran secara kredit kepada mereka. Jadi, bagi perusahaan piutang ini sering terjadi dari adanya penjualan kredit kepada penbeli yang jumlahnya dapat mencapai 20% dari seluruh aktiva.
4. Persediaan
Bagi perusahaan yang memelihara sejumlah persediaan barang untuk memenuhi permintaan pembeli secara cepat, harus mempunyai sejumlah investasi di situ. Sebagai contoh : toko pengecer akan mengadakan persediaan yang banyak menjelang hari raya idhul fitri, dan seelah itu persediaan dikurangi lagi. Demikian pula pada periode-periode berikutnya.
 Penggunaan Dana Jangka Panjang
Untuk perusahaan manufaktur, sebagian besar investasinya padaumumnya diwujudkan dalam bentuk aktiva tetap jangka panjang. Akiva tetap tersebut berupa : tanah, bangunan, dan peralatan.
1) Tanah yang dimiliki oleh perusahaan merupakan aktiva tetap dengan jangka waktu yang tidak terbatas.
2) Bangunan yang dimiliki oleh perusahaan harus ditentukan umurnya. Kemudian perusahaan harus menyisihkan sejumlah dana setiap tahun dari penghasilannya. Pada saat bangunan tersebut habis umurnya, perusahaan dapat membeli bangunan baru yang sama dengan menggunakan dana yang sudah berkumpul sekian tahun. Dana yang disisihkan tersebut dinamakan penyusutan atau depresiasi.
3) Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan berupa mesin, alat angkut dalam pabrik, dan peralatan lain yang dipakai dalam produksi. Semua peralatan tersebut juga perlu disusut karena daya gunanya semakin lama semakin berkurang, dan penyusutan ini akan berpengaruh pula pada pembayaran pajak pendapatan.

 Analisis Investasi Aktiva Tetap
Terdapat tiga metode analisis yaitu :
a. Metodenet present value (NPV)
b. Metode internal rate of return (IRR)
c. Metode pay off period (POP)
Metode net present value (NPV) dan internal rate off return (IRR) dalam penerapannya dipakai konsep time value of money. Konsep bunga berbunga dari uang yang ditanamkan merupakan basis dari masalah time value of money ini.
Masalah time value of money dipengaruhi oleh tiga factor. Factor-faktor tersebut adalah :
 Nilai uang pada saat ini (present value)
 Nilai uang yang akan datang
 Tingkat bunga (tingkat rate of return)

SUMBER DANA
 Macam-macam Sumber Dana
Meskipun manajer keuangan dapat menciptakan dana yang cukup melalui penambahan laba, tetapi ia akan dihadapkan pada masalah pemilihan antara dana yang dipinjam (modal asing) dengan dana yang berasal daripemilik perusahaan (modal sendiri).
Sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
 Berasal dari dalam perusahaan. Pembelanjaan dengan sumber dana dari dalam perusahaan ini disebut pembelanjaan intern, yang meliputi :
 Pengunaan laba perusahaan
 Penggunaan cadangan
 Penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan
 Berasal dari luar perusahaan yang meliputi :
 Dana dari pemilik/peserta. Dana ini biasanyadiwujudkan dalam bentuk saham, dan pembelanjaannya disebut pembelanjaan sendiri.
 Dana dari utang/pinjaman yang dapat berupa utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pembelanjaan ini disebut pembelanjaan asing.

 Pemilihan Sumber Dana
Masalah pemilihan sumber dana yang harus diatasi oleh perusahaan adalah mengusahakan keseimbangan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Beberapa alternatif yang dapat dipilih adalah :
1) Menggunakan dana intern saja.
2) Menggunakan dana ekstern dengan menjual saham.
3) Menggunakan dana ekstern dengan mencari pinjaman/kredit (kredit jangka panjang saja, kredit jangka pendek saja, atau kedua-duanya).
4) Menggunakan dana ekstern dengan menjual saham dan mencari pinjaman.
5) Menggunakan dana intern dan ekstern.

 Sumber Dana Intern
Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan adalah dengan cara mengambil dana yang sudah tersedia di perusahaan. Tetapi dana intern ini biasanya sangat terbatas. Jika digunakan sendiri kurang menguntungkan, dana intern ini dapat diinvestasikan pada sector lain seperti pembelian saham atau obligasi dari perusahaan lain. Apabila perusahaan menghadapi masalah seperti itu, pemecahannya dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip opportunity cost, yaitu dengan memberikan beban bunga pada dana milik sendiri yang dipakai sendiri.

■ Sumber Dana Ekstern
Sumber dana ekstern dapat berasal dari modal sendiri dan kredit. Pada umumnya kredit dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu : kredit jangka pendek dan kredit jangka panjang.
 Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun. Termasuk kredit jangka pendek ini adalah :
 Kredit rekening Koran
 Kredit wesel
 Kredit penjual
 Kredit penmbeli
 Aksep
 Kredit jangka panjang adalah kredit yang jangka waktunya lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kredit jangka panjang adalah :
 Hipotik
 Obligasi
 Kredit bank
 Kredit dari negara lain

Jumat, 29 Oktober 2010

PEMASARAN

PENGERTIAN DAN KONSEP PEMASARAN

 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah system keseluruhan dari kegiatan uasaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial. Jadi, pemasaran merupakan keseluruhan dari pengertian tentang :
• Penjualan
• Perdagangan
• Distribusi
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya proses pemasaran itu terjadi atau dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi. Keputusn-keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya, dan promosinya. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Jadi, jaminan yang baik atas barang dan jasa dapat dilakukan sesudah penjualan.
 Penciptaan Faedah Bagi Konsumen
Selain pemasaran, kegiatan lain yang dapat menciptakan nilai ekonomi adalah :
• Produksi yang membuat barang-barang
• Konsumsi yang menggunakan barang-barang tersebut.
Faedah (utility) adalah kekuatan dari suatu produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan. Perusahaan dapat menciptakan lima macam faedah, yakni :
 Faedah bentuk (form utility)
 Faedah waktu (time utility)
 Faedah tempat (place utility)
 Faedah milik (ownership utility)
 Faedah informasi (information utility).

1. Faedah Waktu
Faedah waktu dapat diciptakan dengan menyediakan produk pada saat konsumen membutuhkan untuk membelinya. Ini suatu riset pemasaran untuk menentukan jenis produk apakah yang diinginkan oleh konsumen pada suatu saat. Jadi produk yang ditawarkan harus selalu siap pada saat diperlukan oleh konsumen.
2. Faedah Tempat
Faedah tempat merupakan faedah yang diciptakan dengan menyediakan produk pada tempat yang strategis apabila konsumen ingin membelinya. Jadi, penjual berusaha untuk menentukan lokasi persediaan produknya sedekat mungkin dengan konsumen.
3. Faedah Milik
Faedah milik diciptakan dengan mempersiapkan pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli. Pada prinsipnya, transaksi jual-beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli sudah dapat menciptakan faedah milik meskipun secara fisik produknya belum berada di tangan pembeli.
4. Faedah Informasi
Faedah informasi diciptakan dengan memberikan informasi tentang penawaran suatu produk kepada konsumen. Jadi, konsumen akan lebih memahami tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga lebih mudah dalam mengambil keputusanuntuk membelinya. Dalam kegiatan pemasaran, pemberian informasi tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan promosi.
 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan.
 Pendekatan Studi Pemasaran
Pemasaran dapat dipelajari dengan mengadakan berbagai macam pendekatan, yaitu :
 Pendekatan serba fungsi (functional approach)
 Pendekatan serba lembaga (institutional approach)
 Pendekatan serba barang (commodity approach)
 Pendekatan serba manajemen (managerial approach)
 Pendekatan serba system (total system approach)
Meskipun titik-berat tinjauannya berbeda-beda, tetapi masing-masing pendekatan saling berkaitan satu sama lain. Jadi, tinjauan satu pendekatan akan menyinggung pula tinjauan dari pendekatan lainnya.

 Pendekatan Serba Fungsi
Adapun fungsi pokok pemasaran adalah :
 Penjualan
 Pembelian
 Pengangkutan
 Penyimpanan
 Pembelanjaan
 Penanggungan resiko
 Standardisasi dan Grading
 Pengumpulan informasi pasar
1) Penjualan
Penjualan ini merupakan fungsi yang paling penting dalam pemasaran karena menjadi tulang punggung kegiatan untuk mencapai pasar yang dituju. Fungsi penjualan juga merupakan sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutup ongkos-ongkos dengan harapan bisa mendapakan laba. Oleh karena itu perlu adanya berbagai macam cara untuk memajukan penjualan, seperti periklanan, peragaan, dan sebagainya.
2) Pembelian
Fungsi pembelian bertujuan memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual atau untuk digunakan dalam perusahaan dengan harga, pelayanan dari penjual dan kualitas produk tertentu.
3) Pengangkutan
Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan. Kemajuan dalam pengangkutan telah meningkatkan macam ragam barang yang tersdia untuk konsumsi, mengurangi biaya distribusi barang, dan mempercepat distribusi barang.
4) Penyimpanan
Penyimpanan merupakan fungsi menyimpan barang-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsikan. Adapun alasan-alasan untuk mengadakan penyimpanan tersebut adalah :
a) Produksi bersifat musiman, sedangkan konsumen bersifat terus-menerus, misalnya : buah-buahan, beras, dan sebagainya.
b) Konsumsi bersifat musiman, sedangkan produksi terus-menerus sepanjang tahun, misalnya : paying, jas hujan.
c) Spekulasi, yaitu dengan membeli dan menimbun barang-barang untuk dijual pada waktu harga sudah naik.
d) Menyetabilkan harga, yaitu dengan jalan membeli dan menimbun barang-barang pada waktu barang-barang berlimpah-limpah sehingga harganya rendah. Kemudian menjualnya pada waktu terdapat kekurangan barang.
e) Penyimpanan memungkinkan pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian dalam jumlah besar memungkinkan untuk memperoleh potongan harga, biaya angkut per unit lebih rendah, mengatasi kemungkinan kelambatan penyerahan barang, dan untuk pengawetan atau pematangan (seperti pisang dan tembakau).

5) Pembelanjaan
Pembelanjaan adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstern guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran. Sumber ekstern itu dapat berupa kredit dagang dari penjual dan pinjaman dari bank yang biasanya berupa pinjaman jangka pendek.
6) Penanggungan Resiko
Penanggungan resiko adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran barang. Tiap-tiap perusahaan menghadapi macam-macam resiko, antara lain :
a) Resiko yang ditimbulkan oleh alam, seperti : gempa bumi, angin puyuh, banjir.
b) Resiko yang ditimbulkan oleh manusia, seperti : kebakaran, pencurian, tidak dibayarnya utang oleh pembeli.
c) Resiko yang ditimbulkan oleh pasar, seperti : merosotnya harga penjualan.
Adapun cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi resiko, khususnya resiko kebakaran dan pencurian, ialah :
a) Memperkecil jumlah persediaan barang.
b) Dengan mengusahakan fasilitas penyimpanan yang baik dan kuat.
c) Dengan mengasuransikan barang-barang yang disimpan.

7) Standardisasi dan Grading
Standardisasi adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi barang-barang hasil manufaktur, kadang-kadang juga disebut normalisasi. Adapun dasar penentuan standard untuk barang-barang hasil manufaktur adalah :
• Ukuran jumlah (Rim untuk kertas)
• Ukuran kapasitas (1 liter untuk oli)
• Ukuran fisik (4 R untuk ban sepeda motor)
• Ukuran kekuatan (tenaga kuda untuk mesin dan motor).
Grading adalah usaha menggolong-golongkan barang kedalam golongan standard kualitas yang telah mendapat pengakuan dunia perdagangan. Adapun cara penggolongan yang dapat dilakukan adalah :
• Memeriksa dan menyortir dengan panca indera.
• Memeriksa dan menyortir dengan alat.
• Memeriksa dan menyortir melalui contoh barang.

8) Pengumpulan Informasi Pasar
Dalam informasi ini termasuk pula pengumpulan dan penafsiran keterangan-keterangan tentang macam barang yang beredar di pasar, jumlahnya, macam barang yang dibutuhkan konsumen, harganya dan sebagainya. Disamping itu dikumpulkan pula data tentang jumlah konsumen dan tempat tinggal mereka, daya beli konsumen dan kesukaan mereka. Keterangan-keterangan ini semuanya diperlukan oleh pengusaha untuk menetukan tindakan-tindakan guna mencapai keuntungan maksimal.
Ada tiga macam fungsi yang paling pokok dalam pemasaran, yaitu :
o Fungsi pertukaran, meliputi : pembelian dan penjualan.
o Fungsi penyediaan fisik, meliputi : pengangkutan dan penyimpanan.
o Fungsi penunjang, meliputi: pembelanjaan, penanggungan resiko, standadisasi dan grading, serta pengumpulan informasi pasar.

 Pendekatan Serba Lembaga
Pendekatan serba lembaga ini mempelajari pemasaran dari segi organisasi/lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Lembaga tersebut adalah :
• Penyedia bahan/supplier yang menyediakan bahan kepada produsen.
• Produsen yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.
• Perantara pedagang, seperti : pedagang besar dan pengecer.
• Perantara agen, seperti : agen penunjang (perusahaan angkutan, perusahaan penyimpanan) dan agen pelengkap (biro periklanan, lembaga keuangan).
• Perusahaan saingan.
• Pembeli akhir.

 Pendekatan Serba Barang
Pendekatan serba barang atau disebut juga pendekatan organisasi industry, merupakan suatu pendekatan pada pemasaran yang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang tertentu berpindah dari titik produksi ke konsumen akhir atau konsumen industry.
 Pendekatan Serba Manajemen
Pendekatan serba manajemen mempelajari pemasaran dengan menitik-beratkan pada pendapat manajer serta keputusan yang mereka ambil. Di sini, pemasaran ditinjau sebagai suatu kerangka yang terdiri atas variabel-variabel yang dapat dikontrol seperti : produk perusahaan, saluran distribusi, harga, dan promosi, ditambah dengan variabel-variabel yang tidak dapat dikontrol atau variable lingkungan seperti persaingan, permintaan, dan masyarakat. Jadi, pendekatan ini mempelajari dan menekankan masalah-masalah pemasaran yang dihadapi oleh produsen sebagai kekurangan dari aspek lain tentang system pemasaran.
 Pendekatan Serba Sistem
Pendekatan serba sistem ini mencakup elemen-elemen yang luas dalam sisitem pemasaran, termasuk keempat pendekatan di muka. Adapun definisi system pemasaran adalah sebagai berikut :
Sumber pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang, dan factor-faktor lingkungan yangsaling memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, system pemasaran terdiri atas dua elemen yang berinteraksi, yaitu organisasi pemasaran dan pasar yang ditujunya.